Langsung ke konten utama

Postingan

Illusion

“It feels like the fairy tale is over I really wanted these pages to begin With once upon a time like all those lullabies” Semua bayangan semu itu, ingin sekali terwujud. Semua harapan yang kudapatkan darimu, kapan kita akan memulainya? “I should've known better I'll admit it, I thought when I let you in You were my shining knight from all those stories” Pada saat itu harapan kian membesar, sejak pertama kali kamu berhasil menyita hari-hariku. Ah, seharusnya aku lebih cepat mengungkapkannya.   “This love is your illusion, this love is your illusion Take me to a place with real-life love I need a break from this broken-down fantasy Show me a place I can realize love, not your illusion” Aku tahu, tidak sebaiknya begini, tetapi terus saja  denial.  Hanya kamu yang saat itu dapat kuandalkan, tolong bantu aku keluar dari sini. Aku ingin bersamamu.   Fin. --------------- 2023, Ternyata bukan kamu orangnya, melainkan dia ;)
Postingan terbaru

November 2017.

Hujan, hujan dan hujan. Langit kelam meneteskan airnya. Angkot yang terjebak macet di jalan Soekarno-Hatta. Lagu Efek Rumah Kaca yang berjudul Melankolia dia setel dari smartphone jadul milik saudaranya. Telinga yang sejak awal sudah disumpal earphone . Merenung melihat bulir-bulir air di jendela angkot. Klakson kendaraan saling beradu. Hujan semakin deras, tak tahu sampai kapan... Begitupula dengan dirinya, yang sedang melewati (dan akan terus melewati) masa-masa kegundahan. Entah sampai kapan... "Nikmatilah saja kegundahan ini Segala denyutnya yang merobek sepi Kelesuan ini jangan lekas pergi Aku menyelami sampai lelah hati"  November, 2017. Bandung di kala musim hujan.

About Me During Pandemic

 Hi. Finally, i am back. 2018-ku amat suram. Namun lebih suram lagi tahun-tahunku saat dimulainya pandemi Covid-19. Banyak sekali hal-hal yang sudah direncanakan, namun tidak berhasil direalisasikan. Hidupku terpaksa berjalan melambat (yang terkadang aku pun bingung, entah harus senang karena tidak harus terburu-buru atau sedih karena hidup tidak sesuai rencana) Berbulan-bulan aku merenung, “rencana-Nya tidak ada yang membawa keburukan bagi hamba-Nya.” Pikiranku berubah... Aku bersyukur sekali karena masih diberi kenikmatan yang bagi sebagian orang tidak mendapatkannya. Menjalani hidup yang lambat namun berkecukupan, tidak ada kegiatan yang dikejar deadline , jarang sakit. Saat aku kuliah dulu, aku pernah menginginkan istirahat “sejenak” selama 3 bulan setelah lulus kuliah. Tak kusangka diberi waktu oleh-Nya istirahat hampir setahun *emoji ketawa Timeline setiap manusia tidak sama. Setiap insan dilahirkan dan hidup dengan kondisi yang berbeda. Yang kau pikir dia tidak aka

Catatan Akhir Tahun 2019

Setelah sekian lama, akhirnya blogku terisi kembali hahaha ----------- Merasakan yang belum pernah dirasakan sebelumnya Itulah poin utama dari 2019 yang ku lalui. Diriku dilatih oleh keadaan untuk menjadi dewasa. Melelahkan Setidaknya satu kata itu yang terlintas di pikiranku. Apakah menjadi dewasa memang secapek ini?  Umurku memang menginjak 21 tahun di 2019, tapi umur hanyalah angka. Dewasa tidak ditentukan hal itu, tapi diri sendiri yang menentukan. Dan jujur saja, aku belum cukup dewasa untuk menghadapi semuanya. Begitu naif saat memikirkan masa depan... Entahlah... Setidaknya hal itu yang terus menghantuiku. Meski begitu, pada tahun 2019 pun aku merasakan hal-hal lainnya Kebahagiaan, kesedihan, ketakutan, kecemasan dsb Aku bersyukur dikelilingi orang-orang yang menyayangiku Aku bersyukur bisa pergi ke tempat yang belum pernah aku kunjungi sebelumnya Aku bersyukur bisa merasakan adrenalin yang bisa mendewasakanku Aku bersyukur bisa

Bangku Kosong

10.35 Bangku tersebut kosong 11.10 Bangku tersebut masih tetap kosong. 12.05 "Aku pikir, kita sudah tidak sepemikiran," "Apa maksudmu?" Hening. "Iya aku pikir kita sudah tidak sepemikiran," "Katakan saja apa maumu, tidak usah bertele-" "Aku mau kita berakhir," Hening kembali. "Baiklah, terima kasih sudah menjadi bagian dari hidupku," 13.29 Bangku kembali kosong. ---------- Fin

Ketakutanku (saat ini)

Apa jadinya bila daftar keinginan kita terhenti atau tidak bisa terkabul karena diri kita sendiri? Pertanyaan itu tiba-tiba muncul di pikiranku saat seseorang mengutarakan keinginannya terhadapku. Well, sebenarnya maksud dari pertanyaan tersebut adalah, “Bagaimana jika waktu kita terhenti di saat kita sedang berusaha memenuhi daftar keinginan?” Dia pun menjawab   ̶ kurang lebih seperti ini, “Takdir tidak ada yang tahu. Tetap lakukan saja. Insha Allah ‘sampai’ kok” Iya, aku takut kalau salah satu di antara kami ada yang harus pergi sebelum keinginan tersebut terlaksana. Sesederhana itu ketakutanku. Terlebih, jika dia yang meninggalkanku. Aku takut, ditinggal (lagi). ̶ Fin Penghujung tahun 2018.

Cerpen: Kamu dan Crepes

Aku menyukai parasnya, bahkan parasnya yang sedang melihat deretan menu pilihan crepes. Iya, pagi itu aku mengajaknya untuk sekedar berjalan-jalan di hari minggu. Selagi kami mempunyai waktu luang untuk berdua, hahaha “Kamu mau yang mana?” tanya dia membuyarkan lamunanku saat memikirkan dia. Aku terkesiap. Dia hanya menunjukkan wajah bingungnya. Wajah yang cantik, menurutku. “Ah, aku gak pesan. Kamu saja yang makan, ya” jawabku singkat untuk menutup kegugupanku. Dia hanya mengangguk lalu berteriak kepada penjual crepes. Setelah menunggu sekitar 5 menit, pesanannya datang. “Kamu beneran tidak mau nih?” tawar dia. Aku menggelengkan kepala. Sebenarnya aku sangat menyukai makanan manis,  tapi aku sudah terlanjur tidak ingin memesan crepes. Kalau minta ke dia, aku malu, dong. “Tidak,” jawabku. Dia hanya menyipitkan mata. “Hmm aku tidak yakin kamu tidak ingin memakan ini. Cepat, buka mulutmu,” perintah dia sambil menyodorkan potongan crepes keju-susu di hadapan mulutku